Pengikut

Tak Ingin {part 2}

Aku tak mau bertemu dengannya. Mungkin dia memang lelaki yang berwibawa dan bijaksana. Disukai dan dikagumi oleh para wanita. Dibanggakan karena prestasinya. Disanjung setiap ia lewat. Tetapi tidak bagi diriku. Mungkin diluar sana banyak yang ingin memilikinya, berharap menjadi anaknya. Tetapi tidak dengan diriku. Aku tahu ia adalah ayahku, tetapi aku tak mau mengakuinya. Mungkin semua orang tahu kebaikan diriny, tapi hanya aku dan ibuku yang tahu keburukannya. Inilah yang buat aku benci padanya. Mengapa aku harus dipertemukan dengannya? Pertemuan itu hanya membuatku terluka dan sakit hati. Kejadian ini membuka luka lamaku. 10 tahun lalu, saat aku berusia 9 tahun. Ayah pergi meninggalkanku dan ibu. Hanya demi perempuan lain yang lebih kaya dan untuk mempertahankan ketenarannya. Apa ia masih layak disebut dan dipanggil ayah? Ia telah meninggalkanku sejak 10 tahun lalu, bahkan aku sudah menganggap dirinya telah tiada. Ayah yang tahu keberadaannya dimana. Tak tahu kabaranya bagaimana. Tak pernah mengabari, tak pernah menanyakan kabar kami. Selama ini aku hanya hidup berdua, bersama ibu tanpa ayah. Dan sekarang ia datang, memanggil namaku, bertemu anaknya. Kemana saja dia? Dimana dia saat aku membutuhkannya. Aku hanya bisa mendengar hinaan teman yang mengataiku tak punya ayah. Aku tak dapat merasakan kasih sayangnya selama 10tahun itu. Aku hanya dapat diam berdiri metatap dengan iri kasih sayang ayah teman temanku terhadap anaknya. Apa ia masih bisa kusebut ayah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar