Ini ketiga kalinya gue dipercaya dalam membuat event di kampus w. Gue bersama Tarra satu tim untuk ketiga kalinya. Sebelum ini, gue dan Tarra pernah membuat Majalah Kampus dan Pensi Kampus. Mungkin, karena acara itu sukses, gue dan Tarra dipercaya untuk mengurusi event valentine.
Ya, sebulan lagi adalah hari valentine. Setelah tahu kita setim, kita langsung ke ruang acara. Disana gue dan Tarra membuat konsep. Semua jauh dari pikiran gue. Gue piker lebih mudah menyatukan pendapat karena cuma gue dan Tarra yang mengurus acara ini. Ternyata Tarra egois.
“Kita bikin event ini simple, tapi seru. Warnanya jangan terlalu pink, kalau bisa warnanya Black and White aja, lebih seru gk terlalu feminim” katanya, gue sedikit kaget. Tentu gue menolaknya “Gk bisa, lu pikir ini acara konser band Rock and Roll apa? Ini valentine, harus ada unsure pink dan romantislah”
“Plis deh Rachel, gak semua cewe suka warna pink, dan cowo? Gak banget de, makanya pake warna standard aja de” Tarra keluar dari ruangan meninggalkan gue. Gue-pun berlari ke depan pintu “Egois banget si Tar? Ini Valentine, pokoknya harus ada warna pink, lilin putih, bunga mawar. Gue juga gak mau tau, ini event kita yang buat, bukan lu aja.”
Gue kembali ke dalam ruangan, saat gue ngomong itu Tarra menghentikan langkahnya, akhirnya di kembali ke ruangan menghampiri gue. “Apa?” tanya gue cetus. “Ok, sorry. Mungkin memang gue egois, kita satuin aja, jadi ada warna hitam, putih, dan pink. Ok? Gimana setuju?” gue terdiam saat dengar Tarra berkata itu, gue gak nyangka aja dia minta maaf dan dia ngalah?
Gimana gue gak kaget? Dua kali setim sama dia, pasti Tarra selalu berdebat dengan anggota lain tentang konsep, dan gue yang jadi penengah. Selesai masalah, Tarra juga gak pernah minta maaf. Dan kali ini, “Hey, Rachel. Setuju gak?” tanya Tarra lagi karena gue hanya diam melamun. “Ok, gue setuju. Gimana kalau kita bagi tugas?” tanya gue untuk mempersiapkan event ini. “Boleh, dan kayaknya kita butuh bantuan teman-teman deh” lanjut Tarra.
Akhrinya kita berdua diskusi, selama diskusi itu ruangan penuh canda, sekitar 3jam, tugas baru terbagi, dan kita meminta 10 teman untuk membantu. Gue yang akan mendekor ruangan, membuat undangan sedangkan Tarra, dia akan membuat daftar acara, cari teman yang mau jadi MC, dan beberapa peralatan lain.
Selama sebulan, Tarra sering main ke rumah gue, kalau gak, dia jemput gue untuk ke rumahnya. Semakin hari, kita semakin dekat, rasanya gue sama Tarra semakin akrab aja. Semua keperluan event selesai. Hari H, 14 Febuari 2010 valentine. Acara mulai pukul 19.00, tapi gue datang pukul 15.03, gue dan Tarra siap-siap disana. Gue udah manggil penata rambut buat menata rambut gue. Sementara Tarra datang pukul 16.38, “Chel” panggil Tarra saat rambut gue ditata.
“Ya, kenapa? Lu? Gue pikir lu langsung pake bajunya” jawab gue sambil melihat Tarra yang masih memakai baju kaos dan celana pendek. “Belum lah, oh iya, lu taruh baju lu dimana?” tanya Tarra sambil tertawa. “Dilemari, lu mau taruh baju? Taruh aja di lemari.” Jawab gue.
Tarra pergi, dia kembali dengan kemeja hitam plus celana panjang hitam dengan dasi merah dan sepatu sneakers hitam putih. Saatnya gue yang ganti baju, sudah pukul 17.30. “Ada yang kurang de” kata Tarra ke penata rambut gue. “Apa yang kurang? Ini udah bagus” “Terlalu simple, coba pakai bando ini” jawab Tarra sambil kasih bando ke gue.
“Beda warna sama baju gue. Gak ah, gak cocok” jawab gue, bando yang di kasi Tarra warna putih, baju gue full pink. “Hm, coba pakai baju dulu de, biar bisa tahu cocok atau tidak” saran penata rambut. Gue pergi dan mengambil baju. “Tarra!” teriak gue marah. “Apa?” jawab Tarra santai. “Baju gue mana? Ini bukan baju gue, ini baju siapa? Tadikan lu yang buka lemari? Mana baju gue? Jangan iseng ah, udah jam 6 nih” tanya gue kesal.
bagus cerita, so sweet.
BalasHapussetuju bgt, apalagi pas nembaknya. co cweet!
Hapusthanks :)
BalasHapushahhaha :)
BalasHapus