Pengikut

Ketiga kalinya... {part2}

Takkan terlupakan

“Gue buang, itu baju gue yang beli buat lu. Kayaknya kalau lu pakai ini lebih angun aja deh” jawab Tarra santai. “Tarra, lu,,” “Udah gak usah marah-marah, buang waktu. Cepatan ganti baju!” Tarra memotong pembicaraan gue, dan mendorong gue ke toilet secara perlahan. Gue ganti baju, jujur aja gue marah, tapi gue gak bisa marah. Gue terlalu senang mendapatkan baju ini.
Selasai ganti baju, gue keluar, penata rambut gue masangin bando itu dan dia pulang. “Ya sudah, yuk kita masuk ke ruangan acara yang udah siap” ajak gue, karena ini sudah pukul 18.17. “Tunggu, ada yang kurang.” “Apa yang kurang” tanya gue heran. “Leher” jawab Tarra sambil lari ke arah lemari.
“Ini, coba diam. Jangan gerak, jangan koment” kata Tarra sambil memakaikan sesuatu di leher gue. Itu kalung, kalung asli emas putih yang Tarra pasang ke leher gue, “Buat gue?” tanya gue heran. “Iyalah buat lu Rachel, masa buat orang lain tapi gue memakaikannya di leher lu?” jawabnya, dan ia megang tangan gue, narik dan ajak gue ke ruang acara.
Pukul 18.54, acara sebentar lagi dimulai, banyak anak-anak kampus yang sudah datang. Acara belum mulai, mereka berfoto-foto di beberapa tempat yang sudah gue dekor. Pukul 19.09 acara dimulai. Sekitar pukul 20.00, acara dansa dimulai. Banyak pasangan yang dansa, lagunya enak. Rasanya ingin dansa, tapi dansa sama siapa? Gue masih single. Dansa sama monyet?
Ditengah-tengah acara dansa Tarra mengahampiri gue, di otak gue dia mau ajak dansa, tapi ternyata tidak. “Ikut gue yu” katanya sambil menarik tangan gue. Ternyata gue di ajak ke taman kampus, taman itu berbeda, tiba-tiba ada kursi putih, di rerumputan ada kelopak mawar merah dan mawar putih.
“Mau ngapain disini?” tanya gue heran. “Sudahlah, tunggu aja disini, jangan kemana-mana” Tarra pergi meninggalkan gue yang duduk sendiri di kursi putih taman. Beberapa menit kemudian terdengar suara gitar disusul nyanyian. “Tarra?” tanya gue mencari Tarra dan sumber suara itu. Ternyata Tarra yang nyanyi, dia di belakang gue.
“… cinta jangan kau pergi, tinggalkan diriku sendiri… cinta jangan kau lari, apalah arti hidup ini, tanpa cinta dan kasih.. sayang..” lagu yang dinyanyikan Tarra, itu lagu so sweet, maknanya dalam. Tapi itu lagu patah hati bukan? “Bagus Tar, kenapa Tar? Mau curhat? Lagi sakit hati? Lagi sedih? Cerita aja ke gue” tanya gue. “Bukan, tapi gue mau ngomong hal penting sama lu” kata Tarra serius. “Apa? Bilang aja” jawabku.
“Mungkin aku bukan orang yang pertama, tapi aku ingin jadi orang terakhir yang ada dihatimu, mungkin kamu menganggap aku orang yang menjengkelan, ya inilah driku, ku harap kamu mau menerima aku apa adanya, karena sejak aku mengenal kamu, ada rasa yang timbul, dan hari ini aku memberanikan diri, maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Biarkan hanya aku yang ada di hatimu”
Sepertinya Tarra nembak gue, tapi gue gak yakin. “Maksud lu apa Tar? Lu lagi mau nembak cewe ya? Siapa?” tanya gue, (seperti di iklan-iklan). “Iya, gue lagi nembak cewe” jawab Tarra dengan nada sedikit kesal. “Siapa Tar? Siapapun cewe itu pasti beruntung dapatin lu” ucap gue, hati gue rasanya hancur. Gue berharap jadi cewe yang ditembak adalah gue, tapi ternyata bukan gue.
“Cewe itu adalah lu, itupun kalau lu mau menerima gue” jawab Tarra sambil melihat mata gue. “Hm, gue? Serius? Harus gue jawab?” “Apapun jawaban lu, gue terima, gue si berharap lu gak akan mengecewakan gue” jawab Tarra serius.
Gue juga gak tega untuk membuat orang yang dekat dengan gue dan orang yang gue sayang kecewa, jadi gue jawab “Lu tu, memang ngeselin. Tapi lu itu ngangenin” jawab gue, Tarra bingung “Maksudnya? Lu terima gue?”. Gue hanya mengangguk saja.
Tiba-tiba Tarra mencium pipi gue, trus dia berkata “Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengirim bidadariMu untuk aku”. Dan tanggal 14 Febuari 2010 takkan pernah bisa gue lupakan, karena hari itu adalah hari valentine dan hari jadian gue dan Tarra.

Ketiga kalinya... {part1}

Takkan terlupakan

Ini ketiga kalinya gue dipercaya dalam membuat event di kampus w. Gue bersama Tarra satu tim untuk ketiga kalinya. Sebelum ini, gue dan Tarra pernah membuat Majalah Kampus dan Pensi Kampus. Mungkin, karena acara itu sukses, gue dan Tarra dipercaya untuk mengurusi event valentine.
            Ya, sebulan lagi adalah hari valentine. Setelah tahu kita setim, kita langsung ke ruang acara. Disana gue dan Tarra membuat konsep. Semua jauh dari pikiran gue. Gue piker lebih mudah menyatukan pendapat karena cuma gue dan Tarra yang mengurus acara ini. Ternyata Tarra egois.
            “Kita bikin event ini simple, tapi seru. Warnanya jangan terlalu pink, kalau bisa warnanya Black and White aja, lebih seru gk terlalu feminim” katanya, gue sedikit kaget. Tentu gue menolaknya “Gk bisa, lu pikir ini acara konser band Rock and Roll apa? Ini valentine, harus ada unsure pink dan romantislah”
             “Plis deh Rachel, gak semua cewe suka warna pink, dan cowo? Gak banget de, makanya pake warna standard aja de”   Tarra keluar dari ruangan meninggalkan gue. Gue-pun berlari ke depan pintu “Egois banget si Tar? Ini Valentine, pokoknya harus ada warna pink, lilin putih, bunga mawar. Gue juga gak mau tau, ini event kita yang buat, bukan lu aja.”
            Gue kembali ke dalam ruangan, saat gue ngomong itu Tarra menghentikan langkahnya, akhirnya di kembali ke ruangan menghampiri gue. “Apa?” tanya gue cetus. “Ok, sorry. Mungkin memang gue egois, kita satuin aja, jadi ada warna hitam, putih, dan pink. Ok? Gimana setuju?” gue terdiam saat dengar Tarra berkata itu, gue gak nyangka aja dia minta maaf dan dia ngalah?
            Gimana gue gak kaget? Dua kali setim sama dia, pasti Tarra selalu berdebat dengan anggota lain tentang konsep, dan gue yang jadi penengah. Selesai masalah, Tarra juga gak pernah minta maaf. Dan kali ini, “Hey, Rachel. Setuju gak?” tanya Tarra lagi karena gue hanya diam melamun. “Ok, gue setuju. Gimana kalau kita bagi tugas?” tanya gue untuk mempersiapkan event ini. “Boleh, dan kayaknya kita butuh bantuan teman-teman deh” lanjut Tarra.
            Akhrinya kita berdua diskusi, selama diskusi itu ruangan penuh canda, sekitar 3jam, tugas baru terbagi, dan kita meminta 10 teman untuk membantu. Gue yang akan mendekor ruangan, membuat undangan sedangkan Tarra, dia akan membuat daftar acara, cari teman yang mau jadi MC, dan beberapa peralatan lain.
            Selama sebulan, Tarra sering main ke rumah gue, kalau gak, dia jemput gue untuk ke rumahnya. Semakin hari, kita semakin dekat, rasanya gue sama Tarra semakin akrab aja. Semua keperluan event selesai. Hari H, 14 Febuari 2010 valentine. Acara mulai pukul 19.00, tapi gue datang pukul 15.03, gue dan Tarra siap-siap disana. Gue udah manggil penata rambut buat menata rambut gue. Sementara Tarra datang pukul 16.38, “Chel” panggil Tarra saat rambut gue ditata.
            “Ya, kenapa? Lu? Gue pikir lu langsung pake bajunya” jawab gue sambil melihat Tarra yang masih memakai baju kaos dan celana pendek. “Belum lah, oh iya, lu taruh baju lu dimana?” tanya Tarra sambil tertawa. “Dilemari, lu mau taruh baju? Taruh aja di lemari.” Jawab  gue.
            Tarra pergi, dia kembali dengan kemeja hitam plus celana panjang hitam dengan dasi merah dan sepatu sneakers hitam putih. Saatnya gue yang ganti baju, sudah pukul 17.30. “Ada yang kurang de” kata Tarra ke penata rambut gue. “Apa yang kurang? Ini udah bagus” “Terlalu simple, coba pakai bando ini” jawab Tarra sambil kasih bando ke gue.
“Beda warna sama baju gue. Gak ah, gak cocok” jawab gue, bando yang di kasi Tarra warna putih, baju gue full pink. “Hm, coba pakai baju dulu de, biar bisa tahu cocok atau tidak” saran penata rambut. Gue pergi dan mengambil baju. “Tarra!” teriak gue marah. “Apa?” jawab Tarra santai. “Baju gue mana? Ini bukan baju gue, ini baju siapa? Tadikan lu yang buka lemari? Mana baju gue? Jangan iseng ah, udah jam 6 nih” tanya gue kesal.

Membuka tahun 2012

hai, semua! sudah tahun 2012. aku mau ucapkan Happy New Year to all. Nah, aku mau membuka tahun ini dengan serpen, seperti yang pernah aku tulis pada Cerpen yang berjudul "ketiga kalinya tak terlupakan". dan hari ini, aku akan ngepost cerita itu, semoga kalian suka. Amin :)